Kabar Baik dan Kabar Buruk Tentang Omicron, Simak Temuan Ilmuwan



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Ketika varian ultramutasi Omicron pertama kali muncul di Afrika Selatan sekitar tujuh minggu yang lalu, para ilmuwan tahu varian tersebut tidak seperti pendahulunya dari virus corona.

Tetapi di luar itu, mereka tidak tahu banyak. Misalnya saja bagaimana penularannya, tingkat keparahannya, kemampuannya untuk menghindari pertahanan kekebalan kita atau jenis malapetaka baru apa yang mungkin ditimbulkannya.

Sekarang, setelah hampir dua bulan studi laboratorium dan pengamatan dunia nyata, para ahli yang sama memiliki gambaran yang lebih jelas tentang apa yang bisa dilakukan Omicron dan apa yang tidak bisa dilakukannya.

Beberapa informasinya merupakan kabar baik. Namun, beberapa di antaranya tidak baik.

“Omicron adalah varian yang paling mudah menular dari semuanya, mungkin empat kali lebih mudah menular daripada Delta,” kata Dr. Monica Gandhi, seorang dokter dan ahli penyakit menular di University of California, San Francisco, kepada Yahoo News. 

Baca Juga: Ratusan Kasus Omicron Ditemukan di Jakarta dalam 20 Hari Terakhir, Tetap Prokes

Dia menambahkan, "Pada saat yang sama, dalam posisi ini pada Januari 2022, memiliki lebih banyak kekebalan di dunia, kami melihat lebih banyak penyakit ringan dari Omicron. ... [Dan] itu mungkin secara inheren lebih ringan juga.”

AS telah melaporkan lebih dari satu juta kasus baru dalam satu hari, tingkat penularan yang sebelumnya tidak terbayangkan. Jika penyebaran berlanjut dengan kecepatan mereka saat ini, lebih banyak warga Amerika akan dirawat di rumah sakit karena COVID pada pertengahan Januari daripada titik mana pun sejak awal pandemi.

Omicron kurang parah dari Delta

Mengutip Yahoo News, salah satu kabar baik dari temuan ilmuwan adalah harapan ketika laporan gejala yang lebih ringan dan pemulihan yang lebih cepat datang dari rumah sakit Afrika Selatan. Sekarang semuanya sudah dikonfirmasi.

Menurut sebuah studi pracetak yang diposting ke Lancet pada 29 Desember, selama bulan pertama gelombang keempat yang digerakkan oleh Omicron di provinsi Gauteng Afrika Selatan, hanya sekitar 5% kasus yang dirawat di rumah sakit. Angka itu turun dari sekitar 14% selama gelombang sebelumnya yang digerakkan oleh Delta di provinsi yang sama. Dan hanya 29% dari jumlah itu mengalami penyakit parah, turun dari 67% sebelumnya.

Baca Juga: WHO: Semakin Omicron Menyebar, Semakin Besar Kemungkinan Keluarkan Varian Baru

Ilmuwan menyimpulkan bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit selama gelombang Omicron adalah 73% lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki penyakit parah dibandingkan pasien yang dirawat selama gelombang Delta.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie