Mitigasi dampak pandemi, industri hulu migas dinilai perlu kucuran insentif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Corona (Covid-19) telah membuat industri hulu minyak dan gas bumi (migas) sempoyongan. Tak hanya tekanan harga yang anjlok hingga di bawah US$ 20 per barel, sejumlah proyek hulu migas pun mengalami hambatan, bahkan penundaan.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pun telah memproyeksikan sejumlah kegiatan eksplorasi tak bakal mencapai target yang dipatok sebelum masa pandemi.

Baca Juga: Harga BBM belum turun, Pertamina terus pantau harga minyak global dan kondisi pasar


Dalam kondisi seperti ini, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan berpandangan bahwa kegiatan eksplorasi dan rencana pengembangan lapangan atau Plan of Development (PoD) akan tertahan. Sebab, Kontraktor Kontrak Kerja sama (KKKS) dan investor akan ada diposisi wait and see.

Alhasil, Mamit memperkirakan investasi di hulu migas bisa melorot hingga 33% dari target investasi yang dipatok sebelum pandemi. Kondisi ini dengan mempertimbangkan tren harga minyak yang tidak menguat signifikan di level US$ 20-an per barel, pergerakan nilai kurs dan juga dampak pandemi terhadap proyek yang direncanakan.

"Potensi KKKS untuk berinvestasi akan terganggu. Mereka juga akan kehilangan opportunity dalam mengembangkan Wilayah Kerja (WK) untuk menemukan potensi sumur migas yang akan dibor dan dikembangkan," kata Mamit saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (3/5).

Adapun, target investasi sektor migas tahun ini sekitar US$ 15 miliar. Dari jumlah tersebut, sebesar US$ 13,8 miliar berasal dari sektor hulu migas.

Baca Juga: Ada listrik gratis bagi bisnis dan industri kecil, PLN dinilai butuh tambahan subsidi

Di tengah kondisi ini, tak hanya KKKS yang sempoyongan, namun juga perusahaan jasa penunjang migas yang ikut terpukul akibat adanya pengurangan atau penundaan kegiatan di hulu migas. Menurut Mamit, kondisi ini dikhawatirkan tidak hanya berdampak negatif bagi kinerja operasional, namun meluas yang rawan mendatangkan masalah sosial.

"Jika berlangsung lama, dikhawatirkan ada pengurangan pekerja di industri penunjang migas, mengingat perusahaan tidak mau menanggung terlalu lama dampak dari penundaan (proyek hulu migas) ini," sambung Mamit.

Editor: Tendi Mahadi