KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingkat kejahatan secara online atau cyber cime meningkat pesat secara global di tengah pandemi. Dari AS hingga Inggris dan dari Hong Kong hingga Australia, para advokasi konsumen dan regulator setempat telah memperingatkan adanya lonjakan mengkhawatirkan dari kasus kejahatan penipuan. Para peneliti telah lama mengindentifikasi penyebab berkembangnya kejahatan penipuan pasca sebuah bencana. Pergolakan emosional, kesulitan keuangan dan hilangnya dukungan yang biasa diterima dari networking jadi penyebab orang lebih rentan terkena kasus penipuan. Berdasarkan data Lembaga Fraud, orang-orang Amerika telah kehilangan US$ 161 juta hingga saat ini karena penipuan yang terkait dengan kondisi Covid-19. Sementara di Inggris telah kehilangan US$ 21,8 juta dan di Australia kerugiannya mencapai US$ 3,6 juta.
Pandemi Covid-19 membuat orang-orang di seluruh dunia rentan terkena penipuan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingkat kejahatan secara online atau cyber cime meningkat pesat secara global di tengah pandemi. Dari AS hingga Inggris dan dari Hong Kong hingga Australia, para advokasi konsumen dan regulator setempat telah memperingatkan adanya lonjakan mengkhawatirkan dari kasus kejahatan penipuan. Para peneliti telah lama mengindentifikasi penyebab berkembangnya kejahatan penipuan pasca sebuah bencana. Pergolakan emosional, kesulitan keuangan dan hilangnya dukungan yang biasa diterima dari networking jadi penyebab orang lebih rentan terkena kasus penipuan. Berdasarkan data Lembaga Fraud, orang-orang Amerika telah kehilangan US$ 161 juta hingga saat ini karena penipuan yang terkait dengan kondisi Covid-19. Sementara di Inggris telah kehilangan US$ 21,8 juta dan di Australia kerugiannya mencapai US$ 3,6 juta.