KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengasumsikan pagu indikatif belanja Kementerian/Lembaga (K/L) tahun 2021 sebesar Rp 894,9 triliun yang akan dialokasikan kepada 86 K/L. Pagu indikatif ini, tertuang dalam data Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) Tahun 2021. Besaran pagu indikatif tahun 2021 tersebut, meningkat 6,9% apabila dibandingkan dengan pagu belanja K/L dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2020 sebesar Rp 836,5 triliun. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai, besaran pagu belanja K/L yang ditetapkan pemerintah masih bisa diterima. Meski begitu, pemerintah memang perlu memetakan lagi prioritas dalam pengalokasian belanja K/L.
Baca Juga: Ini 5 kementerian/lembaga yang anggarannya ditambah paling banyak tahun 2021 Apalagi, di tahun depan fokus belanja K/L diarahkan untuk melanjutkan upaya pemulihan sosial-ekonomi dan mendorong reformasi belanja dalam rangka penyehatan fiskal. Menurut Yusuf, selain besaran anggaran, yang tidak kalah penting adalah bagaimana pengalokasian belanja K/L kepada program prioritas pemerintah bisa tepat sasaran. Ia mencontohkan, di dalam KEM-PPKF, pemerintah menekankan pemulihan untuk sektor manufaktur diantara berbagai sektor lainnya. Pilihan sektor manufaktur, memang menjadi langkah strategis pemerintah dalam memberikan stimulus ekonomi sebagai upaya pemulihan pasca pandemi Covid-19. "Namun, jika dilihat pada pagu indikatif belanja Kementerian Perindustrian (Kemenperin), anggaran program nilai tambah dan daya saing industri hanya Rp 752 miliar. Padahal, masih ada program yang bisa ditunda. Artinya, sebenarnya pemerintah perlu melihat kembali pengalokasian belanja ini," ujar Yusuf kepada Kontan, Kamis (14/5).